03 April 2012

My Swing Is Back

Sebuah kekacauan bermula ketika sebulan yang lalu aku berniat untuk memantapkan pukulan pendek (chipping) agar konsisten terutama dalam hal arah dan jarak. Satu-satunya stik yang aku kuasai dan ingin aku mantapkan lagi adalah wedge cleveland 56', setelah wedge 58' titleist vokey design pensiun karena banyak mengalami kecelakaan sehingga menjadi cacat fisik dan mental.
Karena sifat berpuas diri dan malas yang kronis, aku jarang sekali membaca buku golf dan nonton kembali video David Leadbetter. Mungkin karena kebanyakan ngelamun, aku jadi mengkonstruksi sebuah pemikiran swing baru, mendobrak ajaran golf yang adiluhung dan sudah terbukti benar keabsahannya.
Maka pada suatu sore yang cerah sepulang kerja, aku ambil wedge dan sekarung bola golf dan mulai berlatih chipping di halaman rumah. Kebetulan halaman rumahku cukup luas dan ditutupi rumput yang terawat seperti fairway di lapangan golf pendopo. Jarak dari ujung ke ujung sekitar 50 m dan dikelilingi pagar bambu yang rimbun, saking rimbunnya sampai kucingpun tidak bisa menembusnya.
Inilah inti pemikiran swing-ku yang menyimpang dari kodratnya : dengan wedge 56' aku berharap bisa menggulirkan bola seperti memakai iron 7 atau 8, padahal secara alamiah bola yang terpukul dengan solid pasti akan melambung tinggi sesuai sudut loft-nya. Maka aku berkesperimen dengan menarik backswing dengan lambat seperti mau melakukan putt kemudian release dengan memutar pinggang lateral sembari melakukan transfer weight ke kaki kiri dengan lebih dini. Lama-lama aku berhasil juga menghasilkan pukulan dengan jarak dan arah yang tepat, walaupun setelah itu pinggangku jadi agak ngilu seperti berasa mau masuk angin.
Besok sorenya, dengan agak jumawa karena rasa percaya diri yang meluap-luap aku langsung mempraktekkan jurus-jurus pamungkas yang telah kuasah di halaman rumah. Hasilnya, pukulan driveku yang biasanya lurus menjadi hook seperti celurit madura. Pukulan iron-ku juga tidak jauh beda sehingga memaksaku menerabas rough dan semak belukar, harus merelakan raibnya bola titleist pro-v yang mahal dan prestisius. Saat itu sebenarnya aku sudah berpikir pasti ada yang salah dengan swing-ku. Tetapi sebenarnya yang lebih tepat adalah pemikiran swingku yang keliru, membuat swing menjadi kaku dan tidak alamiah. Untungnya itu hanyalah latihan bukannya turnamen, sehingga aku memutuskan untuk tetap mempertahankan swing-ku seperti itu sampai menyelesaikan permainan 9 hole, "just to make sure" saja.
Sore ini setelah melakukan permenungan dan kontemplasi mendalam, aku mendapat pencerahan bahwa segala sesuatu harus kembali kepada sifat alamiahnya. Dengan bersikap alamiah maka segala sesuatu akan menjadi mudah dan effortless. Langsung hasil instrospeksi aku bawa ke lapangan, memukul dua ember bola practice dengan swing yang alamiah dan hasilnya sangat melegakan dan membahagiakan. My swing is back on the top performance again...